Gambar Sampul Seni Budaya · BAB 6 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEATER
Seni Budaya · BAB 6 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEATER
Sem Cornelyus Bangun, dkk

24/08/2021 12:07:34

SMA 11 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

88

Semester 1

Alur Pembelajaran

Pada pelajaran Bab 6 peserta didik diharapkan mengetahui lintasan sejarah dan

perkembangan teater, yaitu

1.

Men

diskripsikan jenis-jenis teater Barat

2.

Men

gidentifikasi jenis-jenis teater tradisional asia

3.

Men

geksplorasi jenis-jenis teater tradisional Nusantara

4.

Men

gasosiasi keragaman jenis-jenis teater

5.

men

gomunikasikan jenis teater setempat

Amatilah gambar berikut dengan seksama!

1.

Ap

akah kamu pernah melihat pementasan teater Barat?

2.

Ap

akah kamu pernah melihat bentuk pentasnya?

3.

Ba

gaimana perbedaannya, dengan teater yang kamu kenal?

4.

Ba

gaimana pendapatmu setelah melihat gambar berikut ini?

Sejarah dan

Perkembangan Teater

BAB

6

89

Seni Budaya

A.

Wawasan Seni

Wa

wasan seni adalah sikap, pendekatan, pemahaman dan

penghayatan seseorang terhadap kesenian dan karya seni. Wawasan

seni diperlukan untuk menjadi dasar atau tolok ukur dalam

membicarakan kesenian, karena ia juga merupakan pemahaman

dan penghayatan kita dalam menilai karya seni.

Wawasan seni yang berbeda akan menentukan sikap dan

pandangan yang berbeda dalam menghadapi kesenian pada

umumnya dan pendidikan kesenian pada khususnya.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai rasa keindahan dan

rasa seni yang bisa dipupuk dan dikembangkan sejak dini. Dengan

demikian, semakin bertambah usia manusia, semakin meningkat

pula kepekaan rasa keindahannya.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dikelilingi oleh aktifitas

berkesenian. Meskipun semua itu berlangsung secara alami dan

tidak disadari sebagai aktifitas berkesenian. Contohnya, ketika kita

menata ruang tamu, menentukan cat untuk dinding dan warna

gordennya. Atau ketika memilih pakaian yang serasi saat hendak

bepergian.

Menurut para pengamat seni atau orang yang berkecimpung

dalam bidang seni, bahwa kesenian adalah suatu ekspresi dari

gejolak jiwa seseorang yang didasarkan atas nilai-nilai etis dan

estetis, yang tertuang dalam berbagai bentuk karya seni; tari, musik,

seni rupa, teater dan sastra.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai rasa kepekaan yang

sama terhadap keindahan. Demikian juga bagi guru dan peserta

didik. Adapun yang membedakannya hanyalah kadar kepekaannya.

Apabila kadar kepekaan terhadap rasa keindahan tinggi, maka

seseorang dapat memberikan tanggapan penghargaan yang lebih

dari yang lain.

Kepekaan rasa terhadap keindahan ini bisa dilatih oleh guru

dan peserta didik dengan mewujudkannya ke dalam bentuk karya

seni, yaitu; melalui sentuhan-sentuhan indrawi dan kepekaan rasa

yang dimiliki.

Pendidikan kesenian di sekolah umum pada dasarnya adalah

mendorong, memotivasi dan mengarahkan siswa untuk mampu:

Mengamati

, pementasan; tari, musik, teater atau pameran.

Misalnya, menyaksikan pementasan teater melalui tayangan

atau menontonnya langsung di tempat pertunjukan.

Menanyakan

, pementasan; tari, musik, teater atau pameran.

Misalnya, menanyakan struktur dramatik, plot (alur cerita),

Karakter, setting peristiwa dari lakon yang disaksikan.

Mencoba

, pementasan; tari, musik, teater dan pameran. Misalnya,

menafsirkan makna dari lakon yang dipentaskan. Baik makna

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

90

Semester 1

yang tersurat maupun makna yang tersirat.

Menalar

, pementasan; tari, musik, teater atau pameran.

Misalnya, menbandingkan tayangan cuplikan adegan teater

dan menyimpulkan pengertian teater berdasarkan adegang

yang ditayangkan.

Menyajikan

, pementasan; tari, musik, teater atau pameran.

Misalnya, tentang pengertian teater secara lisan dan tertulis

sebagai materi diskusi kelompok di kelas, dan guru bertindak

sebagai moderator.

Peserta didik yang ingin mengungkapkan gejolak jiwanya

dan rasa keindahannya dalam bentuk karya seni, dapat memilih

pengungkapan rasa estetiknya itu melalui media ekspresi seperti;

tari, musik, teater, dan seni rupa.

Pengertian kesenian pada dasarnya adalah suatu proses

penciptaan dari keinginan manusia untuk berekspresi melalui

media yang dipilih/digunakan. antara lain; gerak, suara bunyi,

laku, bahan, warna, dan garis. Bentuk karya seni dapat berupa:

1)

seni s

astra (menggunakan media ekspresi kata dan bahasa),

2)

seni t

ari (menggunakan media ekspresi gerak tubuh),

3)

seni m

usik (menggunakan media ekspresi bunyi dan suara),

4)

seni t

eater (menggunakan media ekspresi laku dan suara),

5)

seni r

upa (menggunakan media ekspresi bahan, cat

(warna), garis dan wujud).

Didasarkan atas media yang digunakan, kesenian dapat dibagi

dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1)

seni s

astra: prosa (naskah drama, novel, cerpen dan esai)

dan puisi,

2)

seni p

ertunjukan: tari, musik, dan drama,

3)

seni r

upa: lukisan, patung, kriya, grafis, dan arsitektur.

Sumber: Dok. Tyrone

Guthrie

Gambar 6.1

Oedipus Sang

Raja, karya Sohpocles.

Sutradara Tyrano Guthrie.

Dimainkan oleh The

Stratford Ontario, dengan

menggunakan topeng.

91

Seni Budaya

Sumber: Dok. Wikipedia

Gambar 6.2

Teater

Epidaurus, tempat

pertunjukan di zaman

Yunani Kuno

B.

Pengertian Teater

Ka

ta “teater” berasal dari kata Yunani kuno,

theatron

, yang

dalam bahasa Inggris

seeing place

, dan dalam bahasa Indonesia

“tempat untuk menonton”. Tapi pada perkembangan selanjutnya

kata teater dipakai untuk menyebut nama aliran dalam teater

(teater Klasik, teater Romantik, teater Ekspresionis, teater Realis,

teater Absurd, dst). Kata teater juga dipakai untuk nama kelompok

(Bengkel Teater, teater Mandiri, teater Koma, teater Tanah Air,

dst). Dan pada akhirnya berbagai bentuk pertunjukan (drama,

tari, musical) disebut sebagai teater.

Richard schechner

, sutradara

dan professor di Universitas New York (NYU) memperluas batasan

teater sedemikian rupa, sehingga segala macam upacara, termasuk

upacara penaikan bendera, bisa dimasukkan sebagai peristiwa teater.

Bahkan

Peter Brook

melalui bukunya “Empty Spece” berpendapat

lebih ekstrem tentang teater, bahwa; “sebuah panggung kosong,

lalu ada orang lewat”, itu adalah teater. Berbagai pendapat di atas

melukiskan betapa luasnya pengertian teater.

Parts of a Greek Theater

Sumber: Pusat Kebudayaan

Yunani

Gambar 6.3

Theatron,

dalam bahasa Inggris

Seeing Place, artinya

tempat untuk melihat; - di

mana penonton duduk,

melingkari sebagian besar

orchestra.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

92

Semester 1

C.

Pengertian Drama

Ka

ta “drama”, juga berasal dari kata Yunani

draomai

yang artinya

berbuat, berlaku atau beraksi. Kata drama dalam bahasa Belanda

disebut

toneel

, yang kemudian diterjemahkan sebagai

sandiwara

.

Sandiwara dibentuk dari kata Jawa,

sandi

(rahasia) dan

wara/warah

(pengajaran). menurut Ki Hadjar Dewantara, sandiwara adalah

pengajaran yang dilakukan dengan rahasia/perlambang.

Menurut

moulton

, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan

gerak” (

life presented in action

). Menurut

Ferdinand Verhagen

:

drama haruslah merupakan kehendak manusia dengan

action

.

Dan menurut

Baltazar Verhagen

: drama adalah kesenian yang

melukiskan sikap manusia dengan gerak.

Berdasarkan pendapat di atas, bisa disimpulkan, bahwa

pengertian drama lebih mengacu pada naskah lakon, yang

melukiskan konflik manusia dalam bentuk dialog, yang

dipresentasikan melalui tontonan dengan menggunakan percakapan

dan

action

di hadapan penonton.

Sumber: Dok.

Massimiliano

Gambar 6.4

Medea, karya

Euripides. Dimainkan oleh

teater Syracusa, Italia, pada

festival teater klasik di

Yunani, 2009.

D.

Sejarah dan Perkembangan Teater Dunia

Te

ater seperti yang kita kenal sekarang ini, berasal dari zaman

Yunani purba. Pengetahuan kita tentang teater bisa dikaji melalui

peninggalan arkeologi dan catatan-catatan sejarah pada zaman itu

yang berasal dari lukisan dinding, dekorasi, artefak, dan hieroglif.

Dari peninggalan-peninggalan itu tergambar adegan perburuan,

perubahan musim, siklus hidup, dan cerita tentang persembahan

kepada para dewa. Sekitar tahun 600 SM, bangsa Yunani purba

melangsungkan upacara-upacara agama, mengadakan festival tari

dan nyanyi untuk menghormati dewa Dionysius yakni dewa anggur

dan kesuburan. Kemudian mereka menyelenggarakan sayembara

drama untuk menghormati dewa Dionysius itu.

93

Seni Budaya

Menurut berita tertua, sayembara semacam itu diadakan pada

tahun 534 SM di Athena. Pemenangnya yang pertamakali bernama

Thespis, seorang aktor dan pengarang tragedi. Nama Thespis

dilegendakan oleh bangsa Yunani, sehingga sampai sekarang orang

menyebut aktor sebagai

Thespian

.

Sumber: Dok. Holistic Theatre

Gambar 6.5

Adegan dari legenda Isis, Orisis

dan Horus. Teater ritual di zaman Mesir kuno.

1.

Teater Yunani Kuno

Di za

man Yunani kuno, sekitar tahun 534 SM, terdapat tiga

bentuk drama; tragedi (drama yang menggambarkan kejatuhan

sang pahlawan, dikarenakan oleh nasib dan kehendak dewa,

sehingga menimbulkan belas dan ngeri), komedi (drama yang

mengejek atau menyindir orang-orang yang berkuasa, tentang

kesombongan dan kebodohan mereka), dan

satyr

(drama yang

menggambarkan tindakan tragedi dan mengolok-olok nasib

karakter tragedi).

Tokoh drama tragedi yang sangat terkenal adalah; Aeschylus

(525 – 456 SM), Sophocles (496 – 406 SM),dan Euripides (480 –

406 SM). Dan tokoh drama komedi bernama; Aristophanes (446

– 386 SM). Beberapa dari karya mereka masih tersimpan hingga

sekarang. Dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Di antaranya;

Prometheus Bound

(Belenggu Prometheus) karya

Aeschylus,

Oedipus Rex

,

Oedipus Di Colonus

, dan

Antigone

, karya

Sophocles. Terjemahan Rendra,

Hippolytus

karya Euripides dan

Lysistrata

, karya Aristophanes. Terjemahan Rendra. Drama-

drama ini dibahas oleh Aristoteles dalam karyanya yang berjudul

Poetic

.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

94

Semester 1

Sumber: Dok. Caterina

Barone

Gambar 6.6

Oedipus

Tyranus dan Antigone,

karya Sophocles.

Sutradara Daniele Salvo

dan Christina Pezzoli.

Dipentaskan di Spettacoli

Classici Teatro Greco,

Syracusa- Italia, 2009.

2.

Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th.

1700 M)

K

ejayaan teater di zaman Yunani kuno lahir kembali di

zaman Renaissance. Di Inggris muncul dramawan-dramawan

besar. Dan yang paling terkenal hingga sekarang adalah

Williams

Shakespeare

(1564 – 1616). Beberapa karyanya diterjemahkan

oleh Trisno Sumardjo, di antaranya;

Romeo & Juliet

,

Hamlet

,

Machbeth

,

Prahara

, dll.

Sumber: Dok. The Shakespeare Theatre Company

Gambar 6.7

Pementasan Romeo & Juliet oleh The

Shakespeare Theatre Company, di Washington,

Amerika, 2008.

3.

Teater Zaman Renaisance Di Perancins (th. 1500 M – th.

1700 M)

B

angsa Perancis juga mengambil hikmah dari kejayaan

teater Yunani kuno. Mereka menamakannya sebagai “

neo klasik

”.

Artinya klasik baru. Di mana mereka telah memberi jiwa baru

kepada gaya klasik Yunani kuno. Yaitu gaya yang lebih halus,

anggun dan mewah. Di zaman itu muncullah

Moliere

(1622

M – 1673 M).

95

Seni Budaya

Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang

dan mementaskan karya-karyanya sendiri, sekaligus menjadi

pemeran utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya:

Si Bakhil

,

Dokter

Gadungan

,

Akal Bulus Scapin

, dll.

Sumber: Dok. Big Willy Star

Gambar 6.8

Pementasan

Drama Komedi Tartuffe,

karya Moliere, 2012.

4.

Commedia Del ‘Arte Di Italia

A

dalah bentuk teater rakyat Italia abad ke enambelas, yang

berkembang di luar lingkungan istana. Drama ini dipertunjukkan

di lapangan kota dalam panggung-panggung yang sederhana.

Berdasarkan pada naskah yang berisi garis besar plot saja.

Pelaku-pelakunya mengenakan topeng. Percakapan berlangsung

spontan dan tanpa persiapan, diselingi nyanyian dan tarian

yang bersifat menyindir. Teater rakyat tersebut memberi jalan

ke arah timbulnya peran-peran pantomim tradisional (seperti

Haelequin, Columbine). Ikut sertanya pemain-pemain wanita

membuat Commedia Del ‘arte terkesan lebih luwes.

Sumber: Dok. ISPT

Gambar 6.9

Pementasan

Commedia Del’ Arte, oleh

Mahasiswa International School of

Physical Theatre, 2013.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

96

Semester 1

E.

Beberapa Jenis Teater Tradisional Asia

Te

ater tradisional Asia sangat banyak macam dan ragamnya.

Setiap Negara mempunyai teater tradisionalnya masing-masing.

Di bawah ini hanya diperkenalkan tiga dari macam ragam teater

tradisional yang banyak itu.

1.

Te

ater Tradisional Cina

Salah satu teater tradisional China adalah

Opera Peking

.

Yang menggabungkan musik, tarian, nyanyian, pantomim dan

akrobat. Tontonan ini muncul pada akhir abad ke-18 dan

mulai popular pada pertengahan abad ke-19. Tata rias dan tata

busananya penuh warna dan sangat rumit. Gerakan-gerakan

pelakunya cenderung simbolik dan sugestif.

Lakon

Opera Peking

berasal dari sejarah China, legenda,

cerita Rakyat, dan cerita-cerita kekinian.

Dalam perjalanannya,

Opera Peking

, terus mengalami

perubahan hingga pada bentuknya yang sekarang.

Opera Peking

adalah perpaduan dari banyak bentuk kesenian di China.

Sumber: Dok. Beijing

Opera

Gambar 6.10

Teater

Tradisional Cina, Opera

Beijing, 2013.

Sebagaimana teater tradisional di Indonesia,

Opera Peking

pada awalnya hanya dimainkan oleh laki-laki. Perempuan baru

diperkenankan main di Shanghai, tahun 1894.

Opera Peking

juga berkembang di Taiwan.

2.

Te

ater Tadisional Jepang

Salah satu bentuk teater tradisional Jepang adalah

Kabuki

.

Sebagaimana teater tradisional China, tata rias dan tata busana

Kabuki

juga sangat rumit. Bentuk tontonannya campuran dari

musik, tarian, dan nyanyian.

97

Seni Budaya

Kabuki

berasal dari tiga suku kata,

Ka

(menyanyi),

bu

(menari), dan

ki

(ketrampilan).

Kabuki

sering diartikan

sebagai seni menyanyi dan menari.

Kabuki

sebagai teater tradisional telah

diturunkan dari generasi ke generasi

oleh masyarakat pendukungnya. Dalam

sejarahnya,

Kabuki

tidak banyak

mengalami perubahan. Berbeda

dengan teater Barat, di mana pelaku

dan penonton dibatasi oleh lengkung

proskenium; - dalam tontonan

Kabuki

pelaku dan penonton tidak berjarak.

Panggung

Kabuki

menjorok ke arah

penonton.

3.

Te

ater Tradisional India

Kalau di zaman Yunani kuno,

Aristoteles (384 SM – 322 SM), menulis

Poetic

”, risalah yang mengulas tentang

puisi, tragedi, komedi, dll. Maka di India

(1500 SM – 1000 SM), ada tokoh yang

setara, Bharata Muni, yang menulis

“Natya shastra, risalah yang ditujukan

kepada penulis naskah, sutradara dan

aktor. Risalah tersebut melukiskan

tentang akting, tari, musik, struktur

dramatik, arsitektur, tata busana, tata

rias, properti, manajemen produksi, dll.

Teater tradisional India bermula dari bentuk narasi yang

diekspresikan dalam nyanyian dan tarian. Sehingga pada

perkembangannya gerak laku pada teater tradisional India,

didominasi oleh nyanyian dan tarian, yang merupakan suatu

kesatuan yang saling melengkapi.

Sementera, alur cerita dan struktur lakon mengikuti alur

dan struktur dari Mahabharata dan Ramayana, dengan tema

cinta dan kepahlawanan.

Makna, Simbol dan Peran Teater Dunia

Teater bermula dari upacara keagamaan yang tujuannya untuk

kesuburan tanaman dan keselamatan masyarakat dalam perburuan.

Kemudian pada perkembangannya, menjadi pertunjukan yang

dipertontonkan kepada khalayak, ketika adegan perburuan itu

diperagakan oleh kelompok masyarakat pendukungnya.

Sumber: Dok. Admin

Gambar 6.12

Bentuk teater tradisional Assam ‘Ankiya

Nat’, India, tanggal 7 Maret 2012

Sumber: Dok. Pusat Kebudayaan Jepang

Gambar 6.11

Festival Kabuki tahun ke- 3, di kota

Komatsu City.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

98

Semester 1

Pada perkembangan selanjutnya, teater menjadi sarana

pengajaran dan hiburan yang mengusung nilai-nilai moral, sosial,

ekonomi, politik, dll. Demikian pula perkembangannya pada

teater tradisional di Asia dan di Nusantara. Lakon-lakon yang kita

saksikan melalui “Oedipus Sang Raja”, “Mahabharata”, Ramayana,

“Romeo & Juliet”, “Lutung Kasarung”, “Malin Kundang”, dll.

Semua menceritakan nilai baik-buruk, dimana masyarakat yang

menontonnya bisa bercermin.

F.

Beberapa Jenis Teater Tradisional Nusantara

Ka

ta tradisi berasal dari kata Inggris,

tradition

, yaitu; -

buah pikiran, kepercayaan, adat-istiadat, pandangan hidup yang

diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Yang dimaksud dengan teater tradisional adalah; bentuk tontonan

yang diwariskan nenek moyang secara turun-temurun kepada

masyarakat. Dramawan biasanya berupaya untuk mengaktualisasikan

teater tradisi itu dengan konsep-konsep kekinian, agar tontonan

yang disuguhkan tidak berjarak dengan penontonnya.

1.

Le

nong

Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk

Lenong;

Lenong Denes

dan

Lenong Preman

. Tontonan Lenong

Denes

(yang lakonnya tentang raja-raja dan pangeran), sekarang

sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada penerusnya.

Pertunjukan lenong

Preman

(yang lakonnya tentang rakyat jelata),

seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya, dimainkan

semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan

keadaan, maka terjadi perubahan-perubahan. Bersamaan dengan

diresmikannya Pusat Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki,

lenong yang tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung,

oleh SM. Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu

pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau dua setengah

jam saja.

Teater tradisional Betawi yang lain;

Topeng Betawi

,

To p e n g

Blantek

dan

Jipeng

(

Jinong

).

Lenong

menggunakan musik

Gambang Kromong

Topeng Betawi

menggunakan musik

Tabuhan Topeng Akar

Topeng Blantek

menggunakan musik

Tabuhan Rebana Biang

Jipeng

atau

Jinong

menggunakan musik

Tanjidor

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan

sejarahnya, Lenong mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.

99

Seni Budaya

Sumber: Dok. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta

Gambar 6.13

Pementasan Lenong Preman, yang sudah dikenal sejak tahun 1920-an.

2.

Longser

Sa

lah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut

Longser

.

Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser berasal dari kata

Melong

(melihat) dan

seredet

(tergugah). Diartikan bahwa siapa

yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah.

Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang lain,

tontonan Longser juga bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan

menghibur.

Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja, karena

tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa menyaksikannya

dengan duduk melingkar.

Sumber: Dok. Dinas Pariwisata, Jawa Barat.

Gambar 6.14

Pementasan Longser, dari Priangan

Selatan, Kabupaten Manyar Pameungpeuk Ranch.

Puncak popularitasnya tahun 1920 – 1960. Tokoh-

tokohnya, antara lain; Ateng Japar, Tilil Bang, Bang

Tawes, Bang Soang, dll.

3.

Ketoprak

T

eater Tradisional yang paling populeh di Jawa Tengah adalah

Ketoprak

. Pada mulanya

Ketoprak

hanyalah permainan orang-

orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh

lesung

di bulan Purnama, yang disebut

gejogan

. Pada perkembangannya

menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang lengkap.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

100

Semester 1

Semula disebut

ketoprak lesung

, kemudian dengan

dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan

lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka

lengkaplah

Ketoprak

sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang

pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.

Sumber: Dok. Indotamaper3zt

Gambar 6.15

Ketoprak merupakan

teater rakyat yang paling populer,

terutama di daerah Yogyakarta dan

daerah Jawa Tengah.

4.

Ludruk

L

udruk merupakan teater tradisional Jawa Timur

yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang.

Menggunakan bahasa Jawa dialek

Jawa Timuran

. Pada

perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah di

sebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa

Tengah. Pada tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan

oleh laki-laki.

Sumber: Dok. Zulham Nur Fathoni

Gambar 6.16

Ludruk merupakan

salah satu kesenian Jawa Timur

sangat terkenal , seni panggung

yang umumnya seluruh pemainnya

adalah laki-laki.

Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan

rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan

melawan penindasan. Unsur

parikan

di dalam Ludruk

pengaruhnya sangat besar. Misalnya,

parikan

yang dilantunkan

oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, yang membuat

Cak Durasim berurusan dengan kempetei Jepang. Begini bunyi

parikan itu:

“Pagupon omahe doro

melok Nipon tambah soro”

101

Seni Budaya

Yang artinya, kira-kira begini: (Pagupon rumahnya burung

dara Ikut Nipon (Jepang) tambah sengsara).

5.

Arj

a

di Bali cukup banyak bentuk teater tradisional. Di antara

yang banyak itu, salah satunya adalah

Arja

. Arja juga merupakan

teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada

nontonan Arja adalah tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan

Arja dimainkan oleh laki-laki, tapi pada perkembangannya lebih

banyak pemain wanita, karena penekanannya pada tari.

Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu; yang

bertolak dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya

dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata. Tokoh-

tokoh yang muncul dalam Arja adalah

Melung

(

Inye, Condong

)

pelayan wanita,

Galuh

atau

Sari

,

Raja Putri

,

Limbur

atau

Prameswari

,

mantri

dan lain sebagainya.

Sumber: Dok. Yayasan

Kesenian Bali

Gambar 6.17

Salah satu

drama tari yang paling

digemari di Bali, karena

sifatnya yang kerakyatan.

Penekanan dalam

tontonan Arja adalah

Tarian dan nyanyian.

6.

Kemidi Rudat

Sa

lah satu teater tradisional yang

terdapat di Nusa Tenggara Barat

adalah

Kemidi Rudat

. Tontonan

Kemidi Rudat hampir sama dengan

tontonan di daerah-daerah lain.

Bentuk tontonan

Kemidi Rudat

,

pengajiannya dalam bentuk drama,

yang dikombinasi dengan tarian dan

nyanyian. Dialog yang dibawakannya

pun seringkali dilakukan dalam

nyanyian melalui syair-syair yang

berupa pantun.

Ada yang mengatakan

Rudat

berasal dari kata

Rodat

, yang

artinya baris-berbaris. Dari tontonan teater tradisional

Kemidi

Rudat

, tampak pengaruh Bangsawan, yang berlatar-belakang

Sumber: Dok. Kemenparekraf

Gambar 6.18

Salah satu grup kesenian Rudat dari

desa Montong, Kabupaten Lombok Barat, unjuk

ketrampilan dalam Festival Rudat, 2013, di Taman

Monumen Bumi Gora-Mataram.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

102

Semester 1

kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun bernuansa Melayu.

Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan.

Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama

dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.

7.

Ko

ndobuleng

Sumber: Dok. tribun-

timur/fb/shamawar

Gambar 6.19

Kondobuleng merupakan

burung bangau putih

yang dikutuk akibat tak

mau menikah dengan

Dammang. Nama aslinya

Deng Camummu.

Dipentaskan oleh

rombongan Sandiwara

Petta puang, Makassar.

Kondobuleng

merupakan teater tradisional yang berasal dari

suku Bugis, Makassar.

Kondobuleng

berasal dari kata

kondo

(bangau)

dan

buleng

(putih).

Kondobuleng

berarti

bangau putih

. Tontonan

Kondobuleng

ini mempunyai makna simbolis. Sebagaimana teater

tradisional umumnya, tontonan

Kondobuleng

juga dimainkan secara

spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau.

Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan

dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah tidak

adanya batas antara karakter dengan properti yang berlangsung

pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang sama

mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi

pada saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.

8.

Dul

muluk

Dulmuluk

adalah teater tradisional yang berasal dari Palembang,

Sumatera Selatan. Nama

dulmuluk

diambil dari nama tokoh cerita

yang terdapat dalam

Hikayat Abdoel Moeloek

. Teater tradisional

Dulmuluk

ini juga dikenal dengan sebutan

Teater Indra Bangsawan

.

Tontonan

Dulmuluk

ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi

dan drama sebagai bentuk ungkapannya, dan musik merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain juga

menyanyikan dialog-dialognya.

Humor dan banyolan sangat dominan dalam tontonan

Dulmuluk

, yang memadukan unsur-unsur tari, nyanyi dan drama ini.

103

Seni Budaya

Sumber: Dok. Antara,

Feny Selly

Gambar 6.20

Pertunjukan

seni teater dari Sumatera

Selatan, Dulmuluk.

9.

Randai

T

eater Tradisional

Randai

yang berasal dari Minangkabau,

Sumatera Barat ini bertolak dari sastra lisan yang disebut

kaba

(yang artinya “cerita”).

Kaba

yang berbentuk

gurindam

dan

pantun

didendangkan dengan iringan

saluang

,

rabab

,

bansi

dan

rebana

.

Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak-

gerak tari yang bertolak dari silat. Gerak-gerak silat ini disebut

gelombang

. Cerita-cerita yang digarap menjadi tontonan adalah

cerita-cerita lisan berupa legenda dan dongeng yang cukup popular

di tengah masyarakat.

Randai

adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian

tari, drama dan seni bela-diri silat. Umumnya dipertontonkan

dalam rangka upacara adat atau festival.

Sumber: Dok. Indotamaper3zt

Gambar 6.21

Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra

Barat yang dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu).

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

104

Semester 1

10.

Makyong

T

eater tradisional

makyong

berasal dari pulau

Mantang

, salah

satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong

berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian

dimainkan cerita-cerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita

kerajaan.

Makyong

juga digemari oleh para bangsawan dan para

sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana-istana.

Tontonan

Makyong

diawali dengan upacara yang dipimpin

oleh seorang

panjak

(pawang) agar semua yang terlibat dalam

persembahan diberi keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan

musik mendominasi tontonan.

Tidak seperti tontonan teater tradisional yang lain, dimana

umumnya dimainkan oleh laki-laki, pada tontonan

Makyong

yang

mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki-laki muncul,

mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita tidak

memakai topeng.

Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan berupa

dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Sumber: Dok. Haluaan Media.com

Gambar 6.22

Kesenian Makyong, Kepri, yang dipentaskan di

Dataran Engku Putri Batam Centre.

11.

Mamanda

T

eater Tradisional

Mamanda

berasal dari Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan

Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber dari syair

Abdoel

Moeloek

. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang,

topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan

ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat.

105

Seni Budaya

Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi

Badamuluk

. Dan berkembang lagi menjadi

Bamanda

atau

mamanda

.

Kata

Mamanda

berasal dari kata “

mama

” berarti paman atau

pakcik dan “

nda

” berarti “yang terhormat”.

Mamanda

berarti

“Paman yang terhormat”. Struktur dan perwatakan pada tontonan

Mamanda

sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah

tata busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.

Sumber: Dok. Rudiansyah

Gambar 6.23

Pementasan Mamanda.